BPH Migas Ungkap Potensi Kelangkaan Pertalite dan Solar pada Oktober-November, Ini Penyebabnya

Badan Pengatur Hulu Minyak dan Gas (BPH Migas) mengungkap potensi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite menjelang akhir tahun 2022 ini. Pasalnya, konsumsi kuota subsidi Pertalite sudah menyentuh 69 persen dari total kuota yang disepakati pada Semester I 2022 ini. Selain itu kuota untuk BBM Jenis Solar subsidi pun telah terpakai 8,3 juta kiloliter dari total 14,91 juta kiloliter. Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman menyoroti fenomena ini. Dia bahkan mengungkap potensi bahwa kuota BBM subsidi bisa saja habis pada Oktober atau November mendatang yang akhirnya menimbulkan kelangkaan.

“Kalau kita biarkan tren seperti ini maka, seperti kita sampaikan di berbagai tempat juga, Oktober November itu sudah tidak ada lagi Pertalite,” kata Saleh Abdurrahman dalam diskusi MNC Trijaya bertajuk Untung Rugi BBM Subsidi secara virtual Sabtu (6/8/2022). “Artinya, semakin kita tunda pengetatan Pertalite ini semakin besar kemungkinan terjadi kelangkaan,” ujarnya menambahkan. Ia menambahkan, saat ini masyarakat secara keseluruhan masih dibebaskan untuk menggunakan Pertalite.

Bahkan konsumsi Pertalite, kata dia, sudah berada di atas 20 persen. Angka itu jika dikalkulasi konsumsi harian BBM Jenis Ron 90 ini menyebtuh 63,1 ribu kiloliter per hari. Terkait hal itu, ia pun berharap pemerintah segera menerbitkan aturan mengenai penggunaan BBM subsidi Jenis Pertalite, agar BPH migas dapat mengatur konsumsi BBM. Selain itu, Saleh mengatakan pemerintah juga perlu mengatur volume BBM subsidi agar penggunaannya dapat sesuai dengan target hingga Desember 2022 mendatang.

BPH Migas, kata dia, pun berharap kuota subsidi BBM dapat ditambah, meski pemerintah bakal menanggung konsekuensi membengkaknya anggaran subsidi. “Dari BPH Migas posisi kami itu berharap bertambah. Tapi kami kan tidak pada posisi mengetahui apakah iya atau tidak. Jadi kami menunggu. Kalau memang dikasih wah itu akan luar biasa,” ujar Saleh. Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra Andre Rosiade, mengatakan dampak dari menipisnya kuota BBM jenis Pertalite ini sudah mulai terasa.

Masyarakat di berbagai daerah mengeluh kesulitan mendapatkan BBM jenis Pertalite di SPBU. Kondisi itu seperti terpantau di Sumatera Barat, Kota Parepare, Sulawesi Selatan, Kota Banda Aceh, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, hingga Cianjur, Jawa Barat. “Jika kuota tidak ditambah pada tahun ini, kuota Pertalite hanya cukup hingga September mendatang. Pemerintah harus bergerak cepat. Semua pihak terkait harus duduk bersama mencari solusi permasalahan ini. Jangan sampai masyarakat kesulitan mendapatkan BBM subsidi," kata Andre. Sementara itu, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan, realisasi konsumsi Pertalite hingga Juni 2022 mencapai 14,2 juta KL. Adapun kuota BBM dengan nilai oktan 90 ini sebanyak 23 juta KL.

“Hingga Juni 2022, BBM Solar subsidi sudah tersalurkan 8,3 juta kilo liter (KL) sementara kuotanya sebanyak 14,9 juta KL,” kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting seperti dilansir Kontan.co.id, Minggu (31/7/2022). Irto mengatakan, jika dibandingkan dengan realisasi konsumsi BBM subsidi di Januari Mei 2022, terjadi kenaikan konsumsi Solar subsidi sebanyak 22,7 persen dan Pertalite naik sekitar 21,16 persen. Pada akhir Juni yang lalu, Irto melihat dari tren konsumsi BBM Subsidi jika tidak dilakukan pengaturan akan ada potensi over kuota. Diproyeksikan realisasi 2022 untuk pertalite bisa mencapai 28 juta KL, padahal kuota Pertalite di sepanjang tahun ini sebanyak 23,05 juta KL.

Hal serupa juga terjadi untuk Solar. Jika tidak dilakukan pembatasan maka akan terjadi kelebihan konsumsi sebesar 17,3 juta KL. Sedangkan kuota solar tahun ini adalah 14,91 juta KL.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *