Kasus subvarian BA.4 dan BA.5 diprediksi akan mengalami puncaknya pada minggu ketiga bulan Juli 2022. Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Minggu (3/7/2022). "(Puncak kasus) itu rata rata 28 34 hari sejak ditemukan varian BA 4 dan BA 5 di negara tersebut, jadi cepet sampai puncaknya."
"Di Portugal seperti itu, di Australia seperti itu, di Afrika Selatan seperti itu." "Jadi kalau kita menemukan varian itu usai lebaran, mengikuti pola di tiga negara yang lain itu, (maka) puncaknya kira kira minggu kedua atau minggu ketiga Juli," kata Menkes Budi Lantas seberapa parah subvarian BA.4 dan BA.5?
Dikutip dari tayangan Kompas Tv, Menkes Budi menjelaskan subvarian BA.4 dan BA.5 setidaknya akan membuat kasus meningkat hingga 18 19 ribu kasus. Kenaikan tersebut, kata Menkes, akan terjadi dalam waktu singkat. Kendati demikian, saat ini kasus subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia, masih terkendali.
Yang penting adalah kita tetap waspada dan sadar akan pentingnya menggunakan masker di ruangan tertutup. "Kita kan masih terkontrol, ada kenaikan, tapi kita tetep waspada, tidak panik, tetep pakai masker di ruangan tertutup, karena memang (meski) kenaikannya tinggi tapi (kita) masih di level kecil," lanjut Menkes Budi. "WHO kan punya standart PPKM level 1,2,3. Level 1 nya dia 20 per minggu per 100ribu penduduk."
"Jika dihitung dengan jumlah orang yang ada di Indonesia maka 7.800 per hari, sekarang (masih) 2000 per hari." "Kita masih di bawah Singapura atau negara Eropa yang 50 60 ribu sehari, Indonesia masih level 1," tegas Menkes Budi. Subvarian baru omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia meningkat tajam.
Dijelaskan Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, hingga Rabu (29/6/2022) dilaporkan ada 739 kasus BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Yakni dengan rincian kasus BA.4 sebanyak 71 sementara kasus BA.5 menyentuh angka 668. Dengan ditemukannya angka ini, jumlah kasus harian di Indonesia, kian bertambah.
"Semula hanya 4 (BA.4 dan BA.5) ditemukan di Bali, sampai hari ini sudah berjumlah total 739." "Bagaimanapun ini adalah cermin bahwasanya untuk kasus saat ini sudah didominasi subvarian ini." "Jumlah kasus sebagaimana yang diprediksi akan fluktuasi naik turun sebagaimana konsekuensi logis," kata Syahril , Rabu (29/6/2022) dikutip dari .
Menurut Dokter Syahril, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat penularan tinggi varian tersebut. Kemudian disusul Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Bali. "BA.5 ini hampir ada disemua provinsi tapi memang di Jakarta yang paling banyak," sambung Syahril.
Adapun gejala subvarian baru Omicron tersebut adalah batuk, sakit tenggorokan atau nyeri saat menelan, kemudian ada demam. "BA.4 dan BA.5 ini tidak seberat Delta yang lalu ya, bahkan juga lebih ringan dari omicron yang BA.1 maupun BA.2 ini," lanjut Syahril, Kendati demikian, masyarakat tetap diimbau untuk selalu waspada.