Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama menyebutkan, tepat 28 Januari 2022 yang lalu CDC Amerika Serikat menerbitkan artikel. Artikel tersebut berjudul “Trends in Disease Severity and Health Care Utilization During the Early Omicron Variant Period Compared with Previous SARS CoV 2 High Transmission Periods — United States, December 2020–January 2022. Isinya, membandingkan situasi Omicron di Amerika dengan situasi ketika menghadapai varian lain sejak akhir tahun 2020. Awal masuk varian Omicron di Amerika Serikat adalah sejak 1 Desember 2021 dan menyebar secara cepat. Lalu pada 15 Januari 2022 diumumkan maka 99.5% spesimen sekuen di negara itu adalah Omicron.
"Akan baik kalau sekarang juga disampaikan luas ke publik tentang sudah berapa persen dominasi Omicron diantara varian varian lain yang masih ada di negara kita," kata Prof Tjandra pada keterangan resmi, Rabu (2/2/2022). Publikasi CDC ini menunjukkan jumlah kasus yang tertinggi ketika menghadapi Omicron, dibanding ketika saat diserang varian Delta. Kasus harian rata rata tertinggi akibat Omicron di Amerika Serikat adalah 799.000 orang. Dan angka ini lima kali lebih tinggi dari pada rata rata kasus harian tertinggi Delta di negara itu, yaitu 164.000 orang. Kenyatannya, hal ini berdampak jauh lebih besar pada pelayanan kesehatan di Amerika dari pada saat varian Delta melanda.
Bukan karena tingkat beratnya penyakit, tetapi karena jumlah total kasus jauh lebih tinggi. Sehingga walaupun persentase yang harus masuk rumah sakit lebih rendah dari Delta tetapi angka mutlaknya tetap saja tinggi. "Angka rata rata harian masuk rumah sakit di Amerika Serikat karena varian Omicronadalah 22.000. Dan ini 1,8 kali lebih tinggi daripada angka rata rata harian masuk rumah sakit karena varian Delta, yaitu 12.000," papar Prof Tjandra lagi. Beban rumah sakit di Amerika Serikat ini tentu perlu menjadi antisipasi di negara kita. Khususnya, kata Prof Tjandra jika melihat pengalaman yang cukup tragis pada sekitar Juni dan Juli tahun yang lalu.
Ia pun berharap semoga lonjakan kasus seperti tahun lalu tidak sampai terjadi lagi di tahun ini. Ia pun menyebutkan jika simulasi lapangan, “table top exercise” baik dilakukan secara rutin dari waktu ke waktu. Selain itu tentu diperlukan persiapan dari lima hal. Pertama, ketersediaan tempat tidur serta ruang rawat. Kedua, obat beserta alat kesehatan. Ketiga, sistem pelayanan di RS yang efisien dan aman.Keempat sistem rujukan. Kelima, yang paling penting adalah tenaga kesehatan.
"Jumlah kasus Covid 19 kini terus meningkat. Kasus harian sudah lebih dari enam belas ribu orang. Padahal sebelumnya pernah di angka sekitar seratus orang saja sehari, jadi sudah naik 150 kali lipat," tutup Prof Tjandra.